Pembaca Budiman,
Banyak persoalan terjadi yang memancing keingintahuan untuk pemahaman kita.
Kadang, mungkin, hal yang terlihat sepele,
ternyata menyimpan makna mendalam yang patut kita pikirkan.
Untuk itu, Redaksi Majalah Amanah Online kini menyediakan rubrik “Opini Singkat”,

yang memberikan Anda keleluasaan menuangkan pendapat
.

Boleh berupa komentar singkat, yang semoga memperkaya wawasan kita bersama.
Mari, waktunya beropini..

=========================================================================

Partai Islam di Koalisi

Gonjang-ganjing partai koalisi, kini terjadi lagi. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai salah satu Partai bernafas Islam, di-‘ribut’-kan posisinya di Sekretariat Gabungan (Setgab), lantaran keberpihakannya pada umat yang  (katanya) mengarah pada sikap ‘oposisi’. Padahal di dalam gerbong koalisi juga terdapat partai-partai bernafas Islam lainnya, yang juga memperjuangkan kepentingan umat.

Melihat hal ini, definisi tentang memihak kepentingan umat menjadi relatif dan bervariasi sesuai kepentingan politik. Begitu pula tujuan penggunaan atribut Islam dalam kepartaian. Lantas?

Benarkah politik semata-mata mencari dan mengukuhi kekuasaan, yang untuk mencapainya bisa ditempuh dengan segala cara dan tidak jarang melanggar norma-norma agama. Di sini Islam diproteksi dari nilai-nilai buruk, begitu alasan mereka. Di lain pihak banyak umat Islam sudah tidak percaya lagi, karena ternyata partai Islam pun dianggap sama saja. Mereka telah gagal membawa perubahan.

Memang, partai-partai Islam menunjukkan tren penurunan perolehan suara dari waktu ke waktu. Pada pemilu terakhir 2009 lalu, akumulasi perolehan suara partai-partai Islam hanya sekitar 30 persen. Burhanudin Muhtadi, pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia mengatakan, elektabilitas partai Islam yang menurun telah menunjukkan kalau partai Islam kurang mampu menarik simpati pemilih. Kendati di sisi lain, semangat keberagamaan sesungguhnya tengah mengalami peningkatan.

Kalau ini benar terjadi, sejarah masa silam akan berulang. Partai-partai Islam pada waktu itu kurang bisa merepresentasikan kepentingan umat, sehingga Nurcholish Madjid pada beberapa dasawarsa lalu melontarkan wacana “Islam Yes, Partai Islam No” yang kemudian sangat populer di negeri ini.

Jadi menurut Anda, bagaimana semestinya ciri, posisi, fungsi dan cara perjuangan sebuah Partai Islam di masa reformasi sekarang?